Hasrat memeluk bulan namun tak sadar kaki berpijak Bumi.
Tak pernah habis hasrat namun Tergantung dia disudut keridhoan dalam diam bernama Do'a.
Detakku dan detakmu sama meski bunyinya berbeda.
Detak disini sayub mengalun menyebut sang kekasih abadi.
Kukira bunyi diseberangku sama, tak tahunya hanya ambisi dan amarah bersembunyi dibalik topeng muram dan lalu tertawa girang bagai sibuta tuli merayap dan meraba tak kenal jati diri.
Aku tidak benar-benar mengenalmu yang bagai angin kerap berubah, pribadi yg tidak benar-benar mengenali diri sendiri yg mungkin pernah terluka begitu dalam oleh kekecewaan masa lalu.
Laa Ilaha Illa anta subhanaka inni Kuntu Mina dzolimin...,
Berhentilah menyakiti diri sendiri sayang, jika yg kau butuh perhatianku kau sudah mendapatkannya sejak pertama kita bertemu dulu.
Namun jika itu hanya manipulasi fantasi semu untuk menghancurkanku dan merasakan rasa sakit yg sama yg pernah kau miliki, kau hanya menyakiti dirimu sendiri, kau tidak akan pernah mengenalku dengan cara seperti itu dan menyentuh sisi terdalamku.
Jika itu kau sebut cinta, maaf itu bukan cinta, kau tak pernah mencintaiku bahkan sejak pertama kita bertemu, kita bahkan tidak pernah saling mengenal walaupun sudah ribua kali kita bertemu.
Membencimu maaf aku tak bisa..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar